Resiko & Tantangan Menjadi Pengajar SM-3T & GGD

Bingkaiberita.com – Menjalani sebagai salah seorang guru pengajar di daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal atau 3T menjadi tantangan dan tanggungan pengajar SM3T & GGD. Medan yang dilaluipun cukup berbeda-beda, ada yang sampai tempat tugas membutuhkan waktu sampai 5 jam dengan jalur darat ataupun jalur air.  Darah dan keringat menjadi taruhannya menjadi pengajar di tempat terpencil.

Jika anda lihat pendaftaran GGD tahap dua yang tidak memenuhi target adalah sebagai bukti bahwa masih banyak orang yang belum sanggup menjalani hidup yang serba kekurangan. Pasalnya tempat yang anda tuju berbeda dengan kampung yang ditinggali sekarang.  Anda akan merasakan betapa pedihnya menjalani hidup sebagai salah seorang pengajar SM3T dan GGD, kurangnya fasilitas hidup seperti tidak adanya pasar, jauhnya tempat mengambil air untuk masak, mandi dan kegiatan MCK, tidak adanya sinyal hp, tidak adanya listrik harusa anda jalani dengan tabah. Apalagi jika masyarakatnya belum sadar betul akan pentingnya pendidikan dan pembelajaran harus anda ubah mindsetnya bahwa pendidikan itu penting.

Tidak hanya tentang perjuangan menjadikan daerah maju di daerah 3T, namun nyawapun menjadi taruhannya. Sejak adanya program guru garis depan, sebanyak dua orang Guru Garis depan sudah berpulang ke Tuhan Yang Maha Esa di Medan Pengabdian. Mereka telah menjadi pahlawan negara dengan mengorbankan nyawa demi kemajuan pendidikan.

Sudah dua orang yang telah berpulang, salah satunya adalah Pak Ali Sofwan dengan penugasan di Kabupaten Sorong, Papua Barat. Beliau wafat dengan kondisi tangan kanan diatas sementara kiri ada pada bagian perutnya yang ditemuka di kamarnya dan pak ali diduga mengalami kesakitan pada bagian perutnya entah itu sakit perut maagh ataupun sakit perut yang lainnya.

ggd-ali-sofwan

Seorangnya lagi adalah Evi Restiawati dengan penempatan GGD Flores Timur, mengalami kecelakaan, dan sempat koma di rumah sakit dan juga sempat kembali ke tempat pengabdian, namun tuhan memanggilnya.

ggd-evie-restiawati

Dan masih ada banyak lagi tentang  pengajar SM3T yang belum tertulis disini, Semoga para pejuang pendidikan di daerah 3T mampu menghadapi fasilitas yang belum ada. Dan semoga pemerintah lebih mensejahterakan para pejuang pendidikan khususnya di daerah 3T, Semoga para pejabat tinggi menyadari hal itu dengan membangun fasilitas yang ada, baik perumahan para guru, fasilitas sekolah bukan hanya ada gedung saja melainkan dengan fasilitas yang lengkap sehingga daerah semakin maju apalagi jika di dukung dengan infrastruktur PLN, listrik masuk desa dan program lainnya sehingga sudah tidak ada lagi daerah Tertinggal di Indonesia.

Resiko & Tantangan Menjadi Pengajar SM-3T & GGD | Topik Nugroho, M.Pd. | 4.5