
Menteri Keuangan Purbaya Sentil Pertamina: “Minyak Kita Disedot, Dijual Lagi ke Kita Lewat Singapura!”
Bingkaiberita.com -Pernyataan mengejutkan datang dari Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang menyentil praktik bisnis Pertamina dalam rantai pasokan minyak nasional. Dalam sebuah kesempatan resmi, Purbaya menyebut bahwa Pertamina terlalu “pintar” karena menyedot minyak dari perut bumi Indonesia, mengirimkannya ke Singapura, lalu menjual kembali ke Indonesia dengan harga lebih tinggi.
Pernyataan ini memicu diskusi hangat di kalangan publik dan pemerhati energi nasional, terutama soal efisiensi pengelolaan sumber daya alam, ketergantungan pada pihak luar, dan struktur bisnis BUMN energi terbesar di Indonesia.
Apa yang Sebenarnya Terjadi?
Menurut Purbaya, skema ini terjadi karena kilang minyak dalam negeri belum cukup untuk mengolah seluruh minyak mentah hasil produksi nasional. Maka, sebagian besar minyak mentah dikirim ke luar negeri—terutama ke Singapura—untuk diolah, lalu diimpor kembali dalam bentuk BBM jadi.
Masalahnya bukan hanya soal efisiensi, tapi juga soal logika pengelolaan energi nasional. Bagaimana bisa negara penghasil minyak malah menjadi pembeli dari hasil olahan negaranya sendiri, namun dengan harga yang lebih mahal?
Mengapa Minyak Indonesia Dikirim ke Singapura?
-
Keterbatasan Kilang Minyak Dalam Negeri
Indonesia saat ini belum memiliki cukup kilang yang modern dan efisien. Akibatnya, sebagian besar minyak mentah harus diolah di luar negeri. -
Singapura Punya Infrastruktur Lebih Siap
Negara tetangga ini memiliki kilang dan fasilitas penyimpanan bahan bakar yang lebih canggih, serta jaringan distribusi internasional yang kuat. -
Praktik Bisnis Global
Dalam perdagangan energi global, praktik ekspor-impor minyak untuk diolah dan dijual kembali sudah menjadi hal lumrah. Namun, dalam konteks Indonesia, praktik ini mengundang tanda tanya besar.
Respons Pertamina & Pemerintah
Hingga saat ini, pihak Pertamina belum memberikan tanggapan resmi terhadap kritik dari Menteri Purbaya. Namun sebelumnya, Pertamina memang tengah menjalankan proyek pembangunan dan revitalisasi kilang, seperti Proyek RDMP Balikpapan dan Tuban, yang bertujuan mengurangi ketergantungan pada kilang luar negeri.
Pemerintah juga menargetkan agar pada 2030, Indonesia mampu mengolah sendiri seluruh produksi minyak mentahnya tanpa perlu ekspor mentah terlebih dahulu.
Dampak ke Masyarakat & Ekonomi
-
Harga BBM Tidak Stabil:
Karena ketergantungan pada kilang luar negeri, harga BBM dalam negeri sangat dipengaruhi fluktuasi global dan kurs dolar. -
Defisit Energi:
Meskipun kaya sumber daya, Indonesia tetap mengimpor BBM, menyebabkan defisit energi dan beban APBNyang tinggi. -
Perlu Reformasi Energi:
Pernyataan Purbaya menjadi alarm bagi pemerintah untuk meninjau ulang struktur bisnis energi dan mempercepat pembangunan kilang nasional.
FAQ Seputar Pernyataan Purbaya & Praktik Pertamina
1. Siapa Purbaya Yudhi Sadewa?
Purbaya adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia. Ia dikenal vokal dan berani dalam mengkritik ketidakefisienan dalam pengelolaan ekonomi nasional, termasuk di sektor energi.
2. Apa maksud “minyak disedot, dikirim ke Singapura, lalu dijual kembali ke Indonesia”?
Ini merujuk pada praktik ekspor minyak mentah Indonesia ke luar negeri (misalnya Singapura), lalu impor kembali dalam bentuk BBM jadi yang siap pakai. Akibatnya, harga jual di dalam negeri bisa lebih mahal.
3. Apakah praktik ini ilegal?
Tidak ilegal, namun dinilai tidak efisien dan berpotensi merugikan negara jika terus dilakukan tanpa solusi jangka panjang.
4. Mengapa Indonesia tidak mengolah sendiri minyak mentahnya?
Karena keterbatasan kapasitas kilang dan teknologi pengolahan minyak dalam negeri yang belum sepenuhnya modern dan memadai.
5. Apa langkah pemerintah untuk mengatasi ini?
Pemerintah tengah menggenjot proyek pembangunan kilang baru dan revitalisasi kilang lama, serta mendorong efisiensi bisnis Pertamina agar tidak terlalu bergantung pada pihak luar.
Kesimpulan
Pernyataan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa soal praktik bisnis Pertamina menjadi sorotan tajam. “Kelewat pintar,” katanya, menggambarkan ketidakefisienan sistem yang seharusnya bisa lebih mandiri dan berpihak pada kepentingan nasional.
Momentum ini bisa menjadi titik balik untuk reformasi energi nasional, memperkuat infrastruktur pengolahan dalam negeri, dan mengakhiri ketergantungan pada negara lain—khususnya dalam mengelola sumber daya milik sendiri.
Sebagai masyarakat, kita berhak tahu dan mengawal kebijakan yang berpengaruh langsung terhadap harga BBM, ketersediaan energi, dan kedaulatan ekonomi Indonesia.
Iam a master of education from one of the state universities in Yogyakarta, has a writers and travelling hobby in wordpress or blogger platform, I Have stayed at Raja Ampat and Yogyakarta City, You can Connect Me in Bingkai Berita| Belajar Internet|Travel and Kuliner