Kasus Mafia Tanah Kas Desa DIY, Buat Properti Jogja dan Jasa Arsitek Lesu

Bingkaiberita.com – Dampak dari Kasus Tanah Kas Desa di jual di masyarakat dalam bentuk kredit perumahan rakyat membuat seretnya penjualan bisnis properti seret. Sehingga yang terdampak bukan hanya propertinya juga namun jasa arsitek juga lesu

Dengan adanya pemberitaan terkait mafia tanah yang terjadi membuat masyarakat waswas dalam menentukan investasi properti, dan hampir dua sampai dengan tiga bulan ini penjualan rumah menjadi seret. Apalagi yang biasa pada musim perkuliahan perdana yang sering meningkat karena penjualan dari orang luar kota membuat masyarakat waswas dan memilih untuk ngekos atau membeli unit apartemen

Kasus Mafia tanah kas desa yang terjadi belakangan ini memang membuat investasi properti dan penjualanan agak seren dan mempengaruhi penjualan. Apalagi ada asusmsi bagi masyarakat yang notabene memiliki anak yang masuk di dunia pendidikan ini lebih penting bayar pendidikan dari pada melihat peluang investasi lain yang membuat khawatir dan ketar-ketir membeli perumahan yang notabene terkena dampak kasus tanah kas desa. mereka lebih memilih sederhana, untuk mencari kos untuk anak dan mencari kontrakan rumah ketimbang membeli rumah baru.

Apalagi pangsa pasar properti di daerah Istimewa Yogyakarta ini sesuai datanya ada 40 sampai dengan 50 persennya disumbangkan dari masyarakat luar DIY dan sampai bulan september ini penjualan masih seret dan diharap untuk kembali normal pada bulan Oktober mendatang

Para developer rumah berharap kondisi tersebut rebound saat september ini apalagi pasarnya memang masyarakat dari luar jogja yang memiliki penghasilan tinggi, atau mungkin pihak developer perlu memberikan penawaran yang lebih menguntungkan kepada konsumen

Dan biasanya masyarakat dari luar jogja lebih baik menunggu agar kondisi lebih kondusif lagi, dan pemerintah diy lebih bertindak cepat untuk menyelesaikan kasus mafia tanah yang terjadi di DIY.

Mereka memang harus lebih berhati-hati untuk menunggu masalah kasus mafia tanah DIT ini selesai, dan pihak Real Esteat Indonesia mengklaim bahwa perumahan yang dibangunnya bukan dari tanah kas desa.

Dan Real Esteat Indonesia memiliki keyakinan bahwa penurunan ini terjadi bukan hanya kasus mafia tanah, namun juga ada keperluan lain yang mendesak, seperti membyara uang kuliah atau sekolah anak, dan yang menjadi salah satu unsur mereka lebih berhati-hati karena adanya penyalahgunaan tanah kas desa.

Hanya menunggu momentum saja, penjualan rumah akan rebound kembali, mengingat jogja adalah pilihan investasi yang tepat karena menjadi jujukan anak untuk kuliah apalagi bagi masyarakat yang berasal dari luar jogja

Selain dari pasar orang tua yang menguliahkan anaknya di Jogja, khusus perumahan di Jogja juga menargetkan para anak muda dan yang paling banyak mendominasi mereka untuk memilih kredit jangka panjang adalah berusia 30 tahun keatas, apabila ada beberapa anak muda yang usia 22 tahun sudah membeli rumah. Mungkin hasil dari pembuatan konten mereka di Tiktok atau Media Sosial lainnya.

Kemudian di Indonesia sendiri ada tren bahwa untuk menunjang rencana berkeluarga yang lebih sehat mereka harus memenuhi kebutuhan dasar yang membeli perumahan di usia muda, dan mematahkan sebuah asumsi yang tren di Amerika bahwa mereka tak butuh rumah melainkan membutuhkan ruang kecil saka

Namun, hal itu dipatahkan oleh generasi muda di Indonesia yang banyak anak muda yang sudah membeli properti. Akan tetapi anak muda harus berhati-hati dan memilih pengembang yang terpercaya bukannya abal-abal karena banyak yang menjual properti tanpa ada legalitas.

Semua orang yang hendak berinvestasi dan ingin membeli rumah diharapkan untuk mengecek dan meminta sertifikat tanahnya dan memastikan bahwa lokasinya ada riilnya. Dan anda bisa tanyakan ke bank terkait dengan pengembang yang mana jika perbankan memiliki data akuratnya memang develper tersebut adalah yang profesional

Anak muda menjadi target pasarnya karena mereka tak hanya memilih kluster perumahan akan tetapi juga memiliki minat pada perumahan bersubsidi karena tipe klaster biasanya untuk kalangan ekonomi kelas menengah ke atas.

Berbeda anak muda yang lebih memilih rumah bersubsidi atau membangun rumah impian mereka dengan memesan jasa arsitek terlebih dahulu. Dan pemilihan perumahan bersubsidi harganya paling murah berkisat Rp 150 juta hingga Rp 300 jutaan dan mereka rebutan untuk mendapatkany

Karena harganya murah tersebut maka lebih memilih pangsa perumahan bersubsidi dan menjadi celah bagi pengembang abal-abal yang memanfaatkannya sebagai sebuah modus penipuan karena tinggi minatnya ke perumahan muran.

Untuk mencegahnya memang seorang milenial atau anak muda harus menanyakan langsung ke pihak perbankan apakah pengembang yang bersubsidi tersebut sudah layak atau tidak

Kemudian anak muda jangan untuk mudah tergiur perumahan yang murah dan bersubsidi apalagi ada yang bermodus rencana pembangunan yang mana belum ada perumahan yang dibangun selain melakukan cek ke bank anda juga harus cek sertifikat tanahnya ya.

Selain itu agar tidak mudah tertipu anda bisa membeli tanah terlebih dahulu dan untuk urusan desain dan arsiteknya anda bisa langsung saja jasa arsitek di solo

Kasus Mafia Tanah Kas Desa DIY, Buat Properti Jogja dan Jasa Arsitek Lesu | Topik Nugroho, M.Pd. | 4.5