Filosofi Penyebutan Angka Jawa

Pulau Jawa memiliki sejarah  dan kebudayaan yang panjang, dari zaman kerajaan sampai dengan bahasa yang dipakai. Meskipun bahasa nasional yang dipakai adalah bahasa Indonesia, namun khususnya untuk masyarakat jawa tetap memakai pemakaian bahasa jawa. Adapun masyarakat yang bersuku jawa ini mulai dari pulau jawa bagian tengah sampai dengan jawa timuran.

Lain wilayah, lain bahasa yang diucapkan meskipun berada di Pulau Jawa. Ibukota Negara Indonesia juga berada di Pulau Jawa, namun sayangnya orang jawa yang tinggal di Jakarta, jika mereka mau pulang kampung, mereka bilang, ” saya mau pulang ke jawa.” meskipun Jakarta masih berada di Pulau Jawa.

filosofi angka jawa

Adapun beberapa angka yang memiliki makna yang berbeda dengan Penyebutan dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut :

21 = Dua Puluh Satu
22 = Dua Puluh Dua
23 = Dua Puluh Tiga
s/d
29 = Dua Puluh Sembilan

Baca Juga: Kamus Bahasa Jawa

Berbeda dengan Bahasa Jawa yang tidak menyebutkan angka tersebut saperti yang ada dalam Bahasa Indonesia seperti,  “Rongpuluh Siji”, “Rongpuluh Loro”, Rongpuluh Telu, dst sampek Rongpuluh Songo…  melainkan membacanyanya dalam bahasa Jawa menjadi Selikur (21), Rolikur (22), telulikur (23) s/d Songolikur (29).  Hal ini  ada tambahan yang berbeda kalau Indonesianya adalah Puluh sedangkan dalam Bahasa Jawa terdapat satuan “LIKUR” yang merupakan kependekan dari Lingguh Kursi, artinya duduk di kursi…

Hal ini dimaksudkan bahwa seseorang yang memiliki rentang usia 21-29 itulah pada umumnya
manusia mendapatkan “TEMPAT DUDUKNYA”  Maksdu dari pada itu adalah seseorang memiliki semacam pekerjaan atau sebuah profesi yang sudah ditekuni dalam kehidupannya.  Seperti mereka sudah mendapatkan pekerjaan setelah mereka lulus kuliah ataukah mereka lulus hanya sedrajad SMA dan dterima pada sebuah instansi Namun dalam angka jawa ada bilangnya yang berbeda yaitu pada angka 25, mereka tidak menyebutkan LIMANG LIKUR, melainkan mereka akan menyebutkan SELAWE. Apa makna dari kata Selawe tersebut?
SELAWE (25) = Seneng-senenge Lanang lan Wedok (mulai kasmaran) yang berarti bahwa seseorang yang menginjak pada usia dua puluh lima ini sebagai  asmaranya laki-laki dan perempuan yang ditandai oleh
pernikahan,  Jadi banyak yang beranggapan bahwa usia tersebut sudah matang untuk menjalin rumah tangga.  Namun, ada lagi sebuah angka bilangan yang berbeda dari puluhan tersebut.

Deretan hitung angka terkecil dari  Sepuluh, Rongpuluh, Telungpuluh, Patangpuluh, mestinya menjadi Limang
Puluh tetapi pada  angka 50 yang disebutkan bukannya Limang Puluh akan tetapi mereka mengucapkan SEKET. Apa makna SEKET tersebut?

Baca Juga: Translate Bahasa Jawa
SEKET (50) = Seneng Kethu’an (suka memakai Kethu/peci/tutup kepala topi/songkok/kopiah/surban dll) yang menggambarkan bahwa, umunya orang yang menginjak usia 50 tahun  akan selalu  lebih taat beribadah kepada Tuhan dan lebih memperbanyak amal untuk bekal memasuki kehidupan akherat yang kekal dan abadi. Waktu muda belum ingat akan perintah agama, waktu tua menginjak umur 50 mereka sadar akan akherat kelak, sedangkan bilangan yang selanjutnya bukannya Enem Puluh, melainkan dibaca dengan SEWIDAK dengan angka 60. Apa makna dari angka SEWIDAK ini?
Enem Puluh melainkan SEWIDAK atau SUWIDAK (60)  kepanjangan dari Sejatine Wis wayahe
tindak dalam bahasa Indonesia diungkapkan bahwa seseorang yang sudah menginjak pada umur 60 (seharusnya sudah meninggal/sedho) Artinya orang yang sudah masuk umur 60 tahun sesungguhnya sudah saatnya
pergi, sudah matang, dan sudah siap dipanggil menghadap Tuhan Semoga di sisa usia yang masih melekat, kita bisa memberikan manfaat pada orang lain dan generasi dibawah kita.
Amin…………………………

Filosofi Penyebutan Angka Jawa | Topik Nugroho, M.Pd. | 4.5